Masyarakat Lintong kabupaten Humbang Hasundutan, sumatera utara, sudah menanam kopi sejak tahun 1600-an. Saat itu Belanda sudah menginjakkan kakinya di indonesia. Jadi kopi pertama yang masuk ke Litongnihuta adalah kopi lasuna yang di bawa oleh Belanda.
Singkat cerita akhirnya kopi lasuna semakin banyak di tanam warga Lintong dan sekitarnya dan menjadi tanaman kedua setelah padi. Hingga tahun 1985, kopi lasuna meupakan jenis tanaman yang populer mengisi ladang masyarakat di sana.
Sampai suatu ketika, datanglah varietas baru yang berasal dari pusat penelitian kopi di Jember, Jawa timur, di namakan varietas jember. Namun jenis ini tidak bertahan lama dan hanya sedikit di tanam oleh warga.
Pada awal tahun 90-an, para petani kopi di Lintongnihuta belum mengerti peluang bisnis yang bisa di raih dari bertanam kopi. Kebanyakan dari mereka hanyalah petani yang menjual biji kopi kepada para spekulan dengan harga jual sembarang. Sehingga petani hanya bisa mendapat keuntungan pas-pasan, bahkan tidak sedikit yang merugi.
Ketika Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1998, warga Litongnihuta justru tidak merasakan dampak moneter sedikitpun. Sebab, hasil kopi yang mereka tanam saat itu justru sangat melimpah, dan belum ada serangan hama pada daun maupun biji kopinya. simak juga tentang Usaha warung kopi yang menjanjikan.
Melihat tingginya produksi kopi, petani Litongnihuta menjadikannya komoditas tanaman utama dan tidak lagi padi. Hampir 99% petani di sana lantas berputar haluan untuk berladang kopi. Maka dikenal hingga kini bahwa kopi lintong merupakan komoditas dari sumatera utara.