Siapapun pasti pernah mengalami sakit hati yang teramat dalam. Entah karena perbuatan yang disengaja ataupun yang sebenarnya hanya salah paham saja. Namun apakah semuanya adalah pemicu timbulnya rasa dendam?
Kenyataannya setiap manusia tetap bukanlah makhluk yang sempurna. Adakalanya memang melakukan kesilafan dan dosa yang mengakibatkan seseorang manjadi tersakiti.
Jika sudah terjadi yang demikian, lantas apakah yang tersakiti harus selamanya memendam kekecewaan?
Setiap ajaran apapun yang menjadi dasar spiritual manusia selalu menanamkan sikap yang bijak agar manusia dapat menyikapi situasi serta mengembalikannya pada diri sendiri.
Sebagai contoh adalah jika kamu dicubit merasa sakit maka lebih baik jika kamu juga jangan mencubit orang lain. Namun tidak akan pernah semudah itu untuk bisa mengendalikan diri yang penuh rasa ingin karena sudah menjadi sifat manusia yang selalu sulit untuk terima.
Jika dilihat secara kasat mata saja, mereka yang bisa bersabar tampak akan lebih bahagia dan damai daripada mereka yang menyimpan rasa dendam atau kecewa.
Sebagai contoh, karena merasa sakit hati akibat istrinya telah berbuat hal yang kurang baik, maka suaminya pun membalas dengan perbuatan yang sama.
Dan ternyata dengan perbuatan yang demikian justru bukannya menjadikan keduanya jauh lebih baik di mata saiapapun. Namun keterpurukan sudah siap menanti didepan mata.
Jika sudah terjadi seperti ini, maka rasa dendam dan pembalasan adalah sebuah sikap yang sebenarnya akan lebih membawa diri pada jurang kehancuran. Dan nilai yang pantas untuk yang berbuat salah atupun yang membalas tidak akan pernah ada.